Link



AdsBanner

cake-cookies-others

cake-cookies-others



Tebet Business Directory


Masukkan Code ini K1-7CBBEE-2
untuk belanja di KutuKutuBuku.com

Tips Memilih Perguruan Tinggi (2)


Pertanyaan ini paling banyak muncul ketika adek-adek SLTA masih duduk di bangku kelas 3. "bagaimana ya jika tidak diterima di perguruan tinggi negeri.." Jika ortu sudah ada persiapan biaya kuliah ya alternatifnya perguruan tinggi swasta.
Nah berikut ini adalah daftar perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia. Klik disini.

Daftar Perguruan Tinggi Swasta ini disusun berdasarkan letak PTS yang bersangkutan, baik secara geografis menurut propinsinya atau letaknya di suatu wilayah kerja Kopertis tertentu.

"dikutip dari http://www.pts.co.id/infopts.asp"

Tips Memilih Perguruan Tinggi


"Mau nerusin ke mana?" Itu adalah satu pertanyaan yang sering dilontarkan sesudah kita menyelesaikan studi di SLTA. Pertanyaan klasik yang sederhana tetapi tidak semudah itu untuk menjawabnya. Ngomong-ngomong, apa jawaban anda?

Di Indonesia saat ini terdapat 2900+ Perguruan Tinggi Swasta (PTS), tersebar dari Sabang sampai Merauke (tidak termasuk Timor Leste). Ada PTS berbentuk Universitas, Sekolah Tinggi, Akademi, dan lain-lain. Masing-masing PTS mungkin menyelenggarakan lebih dari satu program studi, dan bisa jadi suatu program studi diselenggarakan dalam 2 atau lebih jalur/jenjang pendidikan, misalnya D1, D3, S1. (Kalau anda kurang memahami istilah-istilah tersebut, saya sarankan anda membaca kembali Struktur Pendidikan Tinggi). Bagaimana anda menentukan PTS pilihan anda? Jurusan apa? Lalu jalur/jenjang pendidikannya? Faktor apa saja yang perlu anda pertimbangkan dalam menentukan pilihan tersebut? Permasalahan menjadi jauh lebih sederhana jika di kota anda hanya ada satu PTS dan, karena satu atau lain hal, anda tidak bisa kuliah di luar kota. Tetapi, kasusnya biasanya tidak demikian. Permasalahan muncul karena anda bisa memilih.

Minat
Faktor utama yang harus anda pertimbangkan adalah minat anda. Hampir boleh dipastikan, tidak ada mahasiswa yang berhasil dalam studinya jika itu bertentangan dengan minatnya. Orang lain, termasuk orang tua, boleh memberikan saran atau masukan apapun, tetapi andalah yang akan menjalani sekian tahun proses belajar di perguruan tinggi. Sudah terlalu sering kita mendengar kegagalan mahasiswa karena ketidakcocokan dengan bidang studi yang diminatinya. Jangan sampai hal ini terjadi pada anda.

Biaya
Kemampuan keuangan sangat menentukan pilihan anda. Ini adalah faktor terpenting berikutnya yang harus anda perhitungkan. Kuliah di perguruan tinggi melibatkan banyak komponen biaya. Anda mungkin geleng-geleng kepala kalau saya sebutkan yang berikut ini, mulai uang pendaftaran, uang gedung, uang kuliah pokok, uang SKS, uang praktikum, uang ujian, uang jaket, uang buku, uang kesehatan, uang KKN, uang skripsi, uang ini, uang itu........ you name it. Belum lagi biaya-biaya tidak langsung, seperti biaya kos, biaya hidup, biaya transportasi, biaya buku, biaya foto copy, dan lain-lain. Kalikan itu dengan sekian tahun masa kuliah anda.

Kalau anda bisa tinggal di rumah selama kuliah, sebaiknya ini yang anda pilih. Jadi, pilihlah PTS yang ada di kota anda. Kalau harus kuliah di luar kota, usahakan untuk tinggal di rumah saudara. Ini akan sangat banyak menghemat.

Sebelum melakukan pendaftaran, tanyakan semua komponen biaya yang harus anda bayarkan di PTS yang bersangkutan. Ingat untuk kuliah anda tidak hanya membayar uang kuliah saja. Tanyakan juga waktu pembayarannya. Biasanya PTS memberlakukan sistem pembayaran yang diharapkan tidak memberatkan mahasiswa, misalnya uang gedung boleh diangsur sekian kali, uang kuliah pokok dan uang SKS tidak dibayarkan bersamaan, dan lain sebagainya. Perhitungkan semuanya jika anda tidak ingin gagal karenanya.

Prospek
Dari ratusan program studi yang ditawarkan oleh PTS, tentu tidak semuanya menjanjikan prospek pekerjaan yang cerah di masa mendatang, 4 - 6 tahun sesudah anda menginjak bangku kuliah. Ada program studi yang tidak populer, sepi peminat karena dianggap tidak menarik atau kurang memberikan harapan pekerjaan dengan hasil yang memadai. Ada juga program studi yang selalu menjadi favorit, walaupun banyak lulusannya yang menganggur. Baik karena kurangnya lapangan pekerjaan atau pun terlalu banyaknya lulusan.

Anda dituntut untuk dapat memprediksi prospek bidang studi yang anda pilih dalam memasuki lapangan pekerjaan sesudah anda lulus nanti. Sebagai contoh, pemerintah pernah menyatakan program studi hukum sebagai jurusan yang sudah jenuh karena jumlah perguruan tinggi penyelenggara dan jumlah mahasiswa yang mengambil program studi ini. Anda harus sangat istimewa di bidang ini untuk dapat bersaing dengan sekian banyak lulusan lainnya.

Apakah hal itu masih berlaku sekarang? Di era reformasi ini kita banyak melihat kasus-kasus hukum yang mulai mencuat ke permukaan. Orang bicara mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab. Banyak buruh melakukan demo menuntut haknya dipenuhi. Selesaikan secara hukum. Banyak perusahaan dan bank yang memerlukan penyelesaian hukum untuk menuntaskan permasalahan sesudah krisis ekonomi ini. Bukankah logis kalau hal-hal tersebut diselesaikan oleh para sarjana hukum?

Kita lihat juga jurusan pertanian dan kelautan. Sesudah sektor industri dan perbankan terpuruk akhir-akhir ini, orang mulai melirik lagi sektor pertanian. Jumlah penduduk Indonesia yang demikian besar, dan semuanya butuh makan setiap hari, menuntut tersedianya bahan pangan yang cukup untuk itu. Dan bukankah Tuhan memberikan tanah yang demikian subur kepada bangsa kita? Kenapa kita kalah dari Thailand misalnya dalam produksi hasil pertanian?

Bukan hanya tanah subur yang Tuhan berikan kepada kita, tetapi juga laut yang sangat luas dan kaya. Pemerintah pun menyadari hal ini dengan menunjuk seorang menteri yang bertugas untuk mengeksplorasi potensi kelautan Indonesia. Apakah bidang tersebut masih prospektif 5 tahun yang akan datang? Hei.... kita baru saja mulai.

Globalisasi? Tentu saja ini akan sangat menentukan wajah dunia masa datang. Perdagangan bebas, banyaknya perusahaan asing yang masuk ke Indonesia (di antaranya karena aset negara kita terpaksa dijual kepada mereka!), semuanya menuntut standar dunia juga. Bahasa asing (bukan hanya bahasa Inggris), perdagangan internasional, lingkungan, peralatan berteknologi tinggi, komputer, internet, dan banyak lagi akan menjadi tuntutan yang tak terhindarkan.

Kami ingatkan, tidak ada prediksi yang benar 100%. Tetapi akan sangat berguna kalau anda bisa mengantisipasi kondisi di masa depan. Kalau anda merasa tidak mampu melakukannya sendiri, bertanyalah kepada orang tua, guru, teman, konsultan, atau siapapun. Jangan pertaruhkan masa depan anda karena ketidaktahuan ini.

Sesudah ketiga faktor di atas anda pertimbangkan masak-masak, kini tiba saatnya anda memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan kriteria tersebut. Sediakan cukup banyak waktu, karena lebih banyak faktor eksternal dan bersifat teknis yang terlibat di sini.

-------====--------

Dari 2900+ perguruan tinggi swasta di Indonesia, tentu saja tidak semuanya memenuhi kriteria minat, biaya dan prospek yang sudah anda tentukan. Coret PTS yang tidak memiliki program studi sesuai minat anda. Singkirkan PTS-PTS yang biaya kuliahnya terlalu mahal bagi anda, atau terlalu jauh dari tempat tinggal anda sehingga biaya untuk kuliah di sana akan terlalu tinggi. Dengan demikian daftar yang anda miliki akan semakin pendek. Tetapi itupun mungkin masih cukup panjang sehingga memerlukan pendalaman lebih jauh. Faktor apa lagi yang perlu dilihat dari suatu perguruan tinggi untuk menentukan pilihan akhir anda?

Lantas, bagaimana MEMILIH PERGURUAN TINGGI
Kalau saya harus memilih salah satu PTS tanpa melihat faktor-faktor internal lainnya, pertimbangan utama yang paling gampang saya gunakan adalah reputasi PTS tersebut. Reputasi di sini berarti PTS yang bersangkutan secara umum dikenal sebagai PTS yang baik, memiliki sarana belajar mengajar yang baik dengan fasilitas yang memadai. Lulusannya pun tidak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Bahkan ada lulusan PTS yang menjadi rebutan perusahaan-perusahaan pemakainya.

Reputasi
Apakah tidak mungkin salah jika memilih PTS ini? Harus kita ingat, reputasi tidak datang dalam sekejap. Reputasi ini biasanya dibangun dengan kerja keras dan melalui proses yang panjang. Bisa saya katakan bahwa anda berada on the safe side jika memilih salah satu dari PTS-PTS ini. Bukan berarti lalu anda berhenti di sini saja. Masih ada hal-hal lain yang harus anda cermati.

Status Akreditasi
Status akreditasi ini adalah salah satu faktor yang paling sering digunakan oleh PTS untuk mengiklankan dirinya. Tidak terlalu salah memang, karena hal itu menunjukkan mutu/kemampuan PTS dalam menyelenggarakan suatu program studi. Status ini didapat setelah diadakan penilaian tentang semua unsur yang diperlukan untuk itu, termasuk fasilitas pendidikan, nisbah dosen tetap dan mahasiswa, kurikulum pendidikan, dan banyak hal lainnya. Masalahnya, tidak semua orang memahami dengan jelas tentang status ini, dan tampaknya banyak PTS yang menyadari dan memanfaatkan ketidaktahuan tersebut.

Yang terutama adalah: status akreditasi diberikan kepada program studi di suatu PTS dan bukan kepada PTS yang bersangkutan. Jadi sebetulnya tidak ada istilah PTS yang disamakan. Yang benar adalah (satu atau lebih) program studi di PTS tersebut statusnya disamakan. Mungkin saja PTS tadi memiliki 3 program studi (misalnya A, B, dan C), masing-masing dengan jenjang S1 dan D3. Kalau program studi A jenjang D3 saja (satu dari enam) yang memperoleh status disamakan, apakah tepat kalau PTS tersebut mengatakan statusnya disamakan?

Yang perlu anda ketahui juga, status akreditasi ini menentukan kemandirian suatu program studi dalam melaksanakan proses belajar mengajar, misalnya ujian negara atau penerbitan ijazah. Suatu program studi (sekali lagi bukan PTS) yang sudah dinyatakan terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) berhak untuk menyelenggarakan sendiri semua kegiatannya. Artinya anda tidak lagi harus mengikuti ujian negara yang dilaksanakan oleh Kopertis, dan ijazah yang anda terima cukup disahkan oleh PTS tempat anda kuliah.

Sekali lagi, tanyakan dengan jelas status akreditasi program studi yang anda pilih. Jangan percaya begitu saja dengan klaim yang dikeluarkan oleh suatu PTS tentang statusnya. (Uraian yang lebih rinci tentang hal ini dapat anda lihat pada topik Akreditasi).

Jalur dan Jenjang Pendidikan
Berapa lama anda mau menghabiskan waktu di bangku kuliah? Secepatnya? Berapa cepat? Selain ditentukan oleh kemampuan anda, hal ini juga tergantung dari jalur/jenjang pendidikan yang anda ambil. Pendidikan tinggi di Indonesia mengenal dua jalur pendidikan, yaitu jalur akademik (jenjang sarjana) dan jalur profesional (jenjang diploma). Jalur akademik menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sedangkan jalur profesional menekankan pada penerapan keahlian tertentu. (Untuk lebih lengkapnya silakan lihat Struktur Pendidikan Tinggi).

Dalam kaitannya dengan waktu, jenjang sarjana membutuhkan waktu lebih lama (minimal 8 semester) dibandingkan dengan jenjang diploma (2 semester untuk D1 - 6 semester untuk D3). Hal ini tentu sangat berpengaruh pada biaya yang harus anda sediakan. Banyak orang, yang karena keterbatasannya, lebih memilih jenjang diploma dengan harapan cepat lulus dan mendapat pekerjaan.

Perlu anda ketahui, jenjang diploma dirancang sebagai jenjang terminal. Artinya, lulusannya dipersiapkan untuk langsung memasuki dunia kerja, bukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (walaupun sekarang ada yang disebut program lintas jalur, dari diploma ke sarjana). Ini berbeda dengan jenjang sarjana, yang membuka kesempatan lulusannya untuk terus mengembangkan ilmunya.

Hal lain yang harus anda perhatikan adalah tingkat persaingan di pasar kerja. Kalau banyak tenaga sarjana yang tersedia, perusahaan akan lebih memprioritaskannya dibandingkan lulusan diploma.

Gelar dan Sebutan
Sesudah anda lulus, anda akan mendapat ijazah dan salah satu dari ini: gelar akademis atau sebutan profesional. Yang pertama anda tentu tahu, Sarjana Ekonomi (SE), Sarjana Hukum (SH), dan gelar lainnya. Gelar akademis ini diberikan kepada mereka yang menyelesaikan pendidikan melalui jalur akademik (jenjang sarjana).

Lalu bagaimana kalau kita menyelesaikan pendidikan jalur profesional (jenjang diploma)? Bukan gelar akademis (Sarjana Muda, misalnya) yang kita dapatkan, melainkan sebutan profesional seperti Ahli Madya Komputer (AMd Komp). Sebutan ini mungkin belum terlalu memasyarakat, dan kadang-kadang dianggap kurang bergengsi. Banyak yang masih menggunakan (dan lebih menyukai) istilah D3-Komputer. Anda yang menentukan, gelar atau sebutan yang ingin anda tambahkan di belakang nama anda.

Fasilitas Pendidikan
Gedung megah dan ber-AC saja tidak cukup untuk menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik. Bukan (hanya) itu yang dimaksud dengan fasilitas pendidikan. Fasilitas seperti laboratorium (komputer, akuntansi, bahasa, dan lain-lain), bengkel, studio dan perpustakaan sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan mahasiswa. Mereka tidak hanya dituntut untuk menguasai wawasan keilmuannya saja, tetapi juga bagaimana menerapkannya di lapangan. Apalagi untuk jalur pendidikan profesional yang lebih bersifat aplikatif dan menekankan pada ketrampilan.

Sekali lagi, jangan hanya tampilan fisik yang anda perhatikan. Boleh saja PTS memasang foto-foto gedungnya yang megah, laboratorium komputernya yang canggih. Tidak ada salahnya anda coba menanyakan, kapan mahasiswa berkesempatan untuk menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut. Jangan-jangan hanya satu-dua kali per semester, atau hanya untuk mahasiswa tingkat akhir saja. Perhitungkan juga jumlah mahasiswa yang harus menggunakan fasilitas tersebut.

Kualitas dan Kuantitas Dosen
Perkembangan suatu PTS paling gampang dilihat dari jumlah mahasiswanya yang (selalu) bertambah. Ini sangat penting bagi PTS, karena mahasiswa adalah sumber utama (seringkali satu-satunya) pendapatan PTS. Dari merekalah PTS mencukupi kebutuhannya untuk membiayai operasional pendidikan, membangun gedung, menambah fasilitas pendidikan, termasuk membayar gaji dosen dan karyawannya. Oleh karena itulah ada kecenderungan PTS untuk menggali sebanyak mungkin potensi ini, baik secara kualitas (memperbesar uang gedung dan uang kuliah) maupun kuantitas (menerima sebanyak mungkin mahasiswa).

Pada sisi lain, bertambahnya mahasiswa menuntut ditambahnya jumlah dosen. Bukan hal yang mudah mendapatkan dosen dengan jumlah yang memadai, apalagi yang memenuhi kualitas yang dibutuhkan. Padahal Undang-Undang Pendidikan Tinggi mensyaratkan tercapainya nisbah (rasio) antara dosen tetap dan mahasiswa sebesar 1:30 untuk bidang studi IPS dan 1:25 untuk bidang studi IPA. Mungkin faktor dosen ini merupakan salah satu faktor paling sulit bagi suatu PTS, dan karenanya sering diabaikan atau direkayasa.

Pengabaian secara kuantitatif dilakukan dengan membebani dosen yang terbatas jumlahnya dengan beban mengajar yang besar, sehingga waktu dan tenaga dosen-dosen tersebut betul-betul tersita untuk itu. Seringkali hal ini dilakukan dengan mengabaikan aspek kualitas pengajarannya. Hampir tidak tersisa lagi waktu untuk melakukan penelitian atau pengabdian masyarakat yang merupakan pilar-pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Bisa juga suatu PTS memenuhi aspek kuantitas dosen tetap ini, tetapi dengan mengkompromikan kualitasnya. Misalnya dosen yang mengajar tidak sesuai dengan bidang ilmunya, tidak terpenuhinya kepangkatan akademik dalam pengajaran atau bimbingan tugas akhir, dan lain sebagainya.

Perekayasaan positif terjadi dengan penggunaan dosen-dosen tidak tetap. Biasanya dosen tidak tetap ini memenuhi persyaratan kelayakan mengajar, seperti latar belakang pendidikan, gelar dan kepangkatan akademis dan profesionalismenya. Masalahnya, dosen-dosen ini hanya menyediakan waktu yang terbatas kepada mahasiswa sesuai dengan status tidak tetapnya. Bagi PTS, mereka tidak bisa disertakan dalam penghitungan nisbah dosen tetap dan mahasiswa sehingga tidak berpengaruh dalam penentuan status akreditasi.

Yang paling memprihatinkan adalah jika terjadi perekayasaan negatif. Dalam hal ini PTS berusaha dengan segala macam cara untuk memenuhi nisbah tersebut. Misalnya PTS masih mencantumkan nama dosen yang sudah tidak lagi menjadi dosen tetap di sana, atau nama seseorang tercantum sebagai dosen tetap di lebih dari satu PTS. Contoh lain adalah dengan cara meminjam nama. Seseorang yang memenuhi kualifikasi akademis "diangkat" sebagai dosen tetap dengan mendaftarkannya secara resmi ke instansi yang berwenang. Artinya, secara administratif seluruh persyaratan sudah dipenuhi dan "dosen" tersebut juga menerima gaji dari PTS. Tetapi, keterlibatannya dalam kegiatan akademik hampir atau memang tidak ada sama sekali.

Sebelum anda mendaftar, cobalah untuk mencari tahu jumlah dosen tetap di PTS tersebut. Berapa orang yang bergelar S2, S3, dan mungkin ada yang sudah bergelar profesor. Kualitas keilmuan anda sangat banyak ditentukan oleh mereka.

"dikutip dari http://www.pts.co.id/tips.asp"

Kunci JawabanTry Out UAN SMAN 1 Muntok


IPBB pada bulan April 2009 ini mengadakan Try Out Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk SMA. Adapun tujuannya adalah untuk persiapan menghadapi UAN yang akan diadakan serentak seluruh Indonesia pada tanggal 20 April 2009 mendatang.

Nah, untuk project Try Out UAN SMA perdana ini, diadakanlah di SMAN 1 Muntok, selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 13 April kemarin.

Terlampir dibawah ini adalah kunci jawaban atas soal-soal Try Out UAN yang didistribusikan ke SMAN 1 Muntok kemarin.

Bagi adik-adik SMAN 1 Muntok yang habis menjalankan Try Out UAN kemarin silahkan download kunci jawabannya dibawah ini :

Kunci Jawaban SMA IPA

Kunci Jawaban SMA IPS

Penyelundupan Timah Rugikan Milyaran Rupiah



PEKAN lalu, petugas Bea dan Cukai (BC) Departemen Keuangan (Depkeu) kembali menahan 47 kontainer berisi timah batangan siap diekspor. Langkah tersebut menambah jumlah kontainer yang ditahan menjadi 167 unit. Sebelumnya, pada Rabu (21/1), Media Indonesia memberitakan petugas Bea dan Cukai menahan 120 kontainer berisi timah batangan senilai Rp500 miliar. Kontainer-kontainer tersebut dimiliki delapan perusahaan eksportir timah. Kedelapan perusahaan itu adalah PT DS Jaya Abadi, PT Donna Kembara Jaya, PT Prima Timah Utama, PT Bukit Timah Indonesia, PT Bangka Putra Karya, PT Kobatin, CV Makmur Jaya, dan CV United Smelting. Petugas BC melakukan penahanan karena perusahaanperusahaan tersebut diduga melakukan manipulasi data kadar timah dalam dokumen ekspor mereka. Untuk itu, pekan lalu pihak BC disaksikan pemilik barang dan otoritas Pelabuhan Pangkal Balam telah mengambil sampel timah dari tiap kontainer untuk diuji di laboratorium PT Timah (Bangka) dan PT Intertek (Jakarta).

''Tim dari pusat sedang menguji ulang kadar timah di laboratorium. Kami minta agar PT Timah dan PT Intertek bersikap profesional dalam melakukan pengujian laboratorium,'' kata Direktur Jenderal BC Depkeu Anwar Suprijadi. Pengujian tersebut dilakukan karena hasil uji laboratorium yang dilakukan PT Surveyor Indonesia (SI) yang menjadi acuan para eksportir tidak valid. Sebab, SI tidak memiliki laboratorium di Bangka. Selama ini, SI diketahui menggunakan laboratorium milik salah satu eksportir, yaitu PT DS Jaya Abadi yang berlokasi di jalan Ketapang Kawasan Industri, Pangkal Pinang.


Petugas BC menyita 167 kon tainer tersebut dari dua tong kang yang ditarik dua tugboat.


Dari tongkang pertama yaitu BG.CSF.2303 yang ditarik oleh tugboat Cathay 11 disita 2.990,697 ton timah batangan. Dalam dokumen yang ada, disebutkan sebanyak 25 dari 167 kontainer itu adalah milik PT DS Jaya Abadi dengan pembeli Toyota Tsusho Corp dan Lotus SG Pte ltd. Kemudian, 12 kontainer lagi milik PT Donna Kembara Jaya dengan pembeli Malaysia Smelting dan 3 kontainer milik PT Prima Timah Utama dengan pembeli Lotus SG Pte ltd. PT Bukit Timah Indonesia tercatat memiliki 13 kontainer dengan pembeli Eco Tropical Resource, 16 kontainer milik CV United Smelting dengan pembeli My United Smelting, dan 50 kontainer milik PT Bangka Putra Karya dengan pembeli G Steinweig Warehousing.

Dari tongkang kedua yaitu Global 5 yang ditarik tugboat SD Pearl ditahan 1.188,527 ton timah batangan milik CV Makmur Jaya, CV United Smelting, PT Bangka Putra Karya, PT DS Jaya Abadi, dan PT Kobatin.

Belum Dikalkulasi Menurut Anwar, pihaknya belum bisa mengalkulasi berapa nilai kerugian negara dari aksi penyeludupan itu. ''Karena hasil uji ulang yang akan menentukan apakah timah tersebut akan disita negara atau dikembali kan kepada pemiliknya,'' imbuh nya.

Ketika dihubungi terpisah, Direktur Ekspor Produk Industri dan Pertambangan Departemen Perdagangan Hartojo Agus Tjahjono menyatakan hasil uji sampel timah akan keluar hari ini. "Besok (hari ini) hasilnya keluar. Jadi kita lihat saja."

Regulasi tentang ekspor timah diatur melalui Permendag 04/2007 yang mensyaratkan
ekspor dengan kadar minimal 99,85%.

(sumber : Media Indonesia, 27 JANUARI 2009 )

Wisata Mentok, sudah "mentok" kah ??


KOTA Mentok di Kabupaten Bangka Barat adalah kota tua yang berdiri sejak berabad silam. Penjajah Belanda-lah yang membangun daerah itu, sekaligus menjadikannya sebagai kota pelabuhan.

MELALUI Pelabuhan Muntok di Mentok, hasil alam terutama lada putih Bangka yang begitu terkenal diangkut kapal-kapal Belanda menuju ke daratan Eropa. Melalui Pelabuhan Muntok pula timah yang digali dari bumi Bangka dikirim ke negara penjajah.

Bekas kejayaan Mentok-sekaligus kebesaran penjajah Belanda-sampai kini masih jelas terlihat di kota yang kini ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Bangka Barat tersebut. Ratusan gedung tua dengan mudah ditemui di seantero kota pantai dan perbukitan tersebut.

Dua di antara ratusan gedung tua yang masih kokoh berdiri bahkan memiliki nilai sejarah yang amat tinggi bagi negara ini. Dua gedung tua itu adalah Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam, gedung tersebut pernah dijadikan tempat tinggal pendiri negara ini.

Bung Karno bersama Bung Hatta dan sejumlah pemimpin republik pernah menempati dua bangunan bersejarah itu saat dibuang Belanda pada Februari 1949. Bung Hatta saat dibuang menempati Pesanggrahan Menumbing yang terletak di tengah hutan perawan di atas Bukit Menumbing.

Di dua gedung yang lokasinya berjarak sekitar 10 kilometer itulah pemimpin lain seperti H Agus Salim dan Mr Mohammad Roem dibuang bersama Presiden dan Wakil Presiden RI pertama tersebut.

Di Mentok, wisatawan dapat pula menikmati kemegahan bangunan tua yang masih kokoh, mercu suar Tanjung Kelian yang dibangun tahun 1862. Dari puncak bangunan itu, pengunjung bisa menyaksikan seantero Mentok dan sekitarnya.

Namun, sayang, Mentok pun seperti kota tua yang terlupakan. Kota kecamatan itu tetap belum menjadi daerah tujuan wisata, baik bagi wisatawan luar daerah maupun mancanegara. Mentok baru dinikmati oleh sebagian kecil warga setempat dan daerah lain di Pulau Bangka.

Wisatawan lokal itu umumnya juga hanya menikmati Pantai Tanjung Kelian dan mercu suarnya, serta Bukit Menumbing. Karena belum dikelola menjadi daerah tujuan wisata, menyebabkan Mentok tidak bisa berkembang sebagaimana mestinya.

Untuk Sejumlah kendala menghadang perkembangan Mentok. Salah satu hambatan utama adalah sulitnya transportasi di daerah itu. Agar bisa ke Bukit Menumbing, misalnya, alat transportasi yang bisa digunakan hanya dengan mobil atau sepeda motor sewaan, namun biayanya relatif mahal.

Jalan menanjak yang lebarnya hanya dua meter menjadi alasan mahalnya tarif. Belum lagi perjalanan menuju Menumbing yang harus melalui hutan perawan sejauh lima kilometer. "Saya tidak berani mengantar ke sana," ujar Sarif, salah seorang tukang ojek sepeda motor ketika diajak ke Menumbing.

Di perbukitan dengan ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut tersebut pengunjung bisa melihat-lihat kamar tempat Bung Karno dan Bung Hatta serta salah satu mobil yang mereka pakai saat diasingkan Belanda di daerah itu.

Pesanggrahan tempat pembuangan Bung Karno dan Bung Hatta itu sejak beberapa tahun lalu telah diubah menjadi hotel dengan nama Jati Menumbing. Dari atas perbukitan ini, Kota Mentok, Pelabuhan Muntok, dan Selat Bangka terlihat dengan jelas.

Di Mentok juga terdapat Wisma Ranggam yang saat ini tengah dipugar. Gedung tua itu juga pernah menjadi tempat tinggal Bung Karno saat berada dalam pengasingan di Mentok.

Keindahan Mentok tidak hanya itu. Berjalan-jalan di dalam kota kecil itu tidak ubahnya berjalan-jalan di kota tua. Di mana-mana terdapat gedung tua, baik yang masih terawat karena dihuni maupun yang sudah rusak berat karena dibiarkan telantar.

Itu semua bisa menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang. Warga Sumatera, misalnya, bisa datang ke Mentok melalui Pelabuhan Muntok. Dari Pelabuhan Boom Baru di tepi Sungai Musi di Kota Palembang, Mentok dapat dicapai dengan kapal cepat sekitar 2,5- 3 jam.

Belum bisa diwujudkannya Mentok sebagai daerah tujuan wisata, diakui Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Mentok Fauzi. Menurut dia, hal itu terjadi terutama karena selama ini perhatian pemerintah daerah dan pemerintah pusat masih kurang.

Namun, setelah Kabupaten Bangka dimekarkan dan salah satunya menjadi Kabupaten Bangka Barat, Fauzi yakin Mentok akan tumbuh menjadi daerah tujuan wisata yang dapat diandalkan. "Mentok ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Bangka. Mudah-mudahan dengan menjadi ibu kota kabupaten, dalam waktu lima tahun ke depan Mentok akan jauh lebih maju," katanya.

Dengan menjadi ibu kota kabupaten, ungkap Fauzi, pembangunan Mentok tentu akan lebih diperhatikan. Pembangunan di kecamatan yang berpenduduk sekitar 40.000 jiwa itu akan menyentuh pula sektor pariwisata.

WISATA Pulau Bangka memang tidak hanya melulu mengandalkan pantainya yang cantik-cantik. Sejumlah obyek lain di pulau itu bisa diandalkan menjadi magnet penarik wisatawan.

Begitu banyak dan beragamnya potensi wisata Bangka, membuat pulau ini pantas disebut tidak kalah dengan Pulau Dewata. Namun, pengelolaan yang tidak maksimal menyebabkan potensi ini seperti terabaikan. Jangankan orang Jakarta dan kota besar lainnya, warga Palembang dan Sumatera Selatan yang bertetangga pun seperti enggan berkunjung ke Bangka.

(disadur dari kompas.com "Wisata bangka, sudah mentok ?")

PT. Timah Chemical batal buka di Tj. Ular, kenapa..??


Ade informasi dari temen kite, semula ada plan dari PT. Timah untuk merambah ke chemical. Jalan sudah diperbaiki,lahan sudah diukur2.
Dari sumber yang dapat dipercaya sanggup menampung tenaga kerja sebanyak 2.500 orang, bayangken............................................

Tetapi, ternyata malah pindah ke Cilegon dalam waktu dua minggu sudah mendapatkan izin hak guna lahan dari pemerintahan setempat seluas 8 hektar dan sudah dilakukan pelatakan batu pertama untuk pembuatan pabriknya.

Konfirmasi dengen kawan kite yang masih domisili di Mentok, kebetulan ade urusan dinas kemaren ke Jakarta, menurut die perizinan usaha tersebut terbentur oleh kebijakan dari pihak Perhutani yang mengharuskan pengusaha ini menyediakan lahan hijau sebanyak 4 kali dari izin yang mereka dapatkan.
Dan lagi dampak lingkungannya.

Kenapa ini terjadi?
Disaat ada usaha yang jelas-jelas dapat menyerap banyak tenaga kerja, menjadi income pendapatan daerah, meningkatkan taraf hidup penduduknya dan otomatis memajukan daerah harus terganjal dengan birokrasi yang terlalu menyulitkan.
Untuk hal yang terjadi sangat disayangkan.

(re-posting from milis mentok-bangka "PT.Chemical batal buka di Tanjung Ular" by Herman Harun)

Caleg seperti inikah yang kita pilih.??


Ade cerite dari temen kite yang dialamisewaktu pulang lebaran kemaren.

Saye ketemu dengen beberape kawan lame di mentok. ternyata ade seorang kawan, yang dulu e dianggap "biase" jak, sekarang dengen bangga die minta dukungan untuk dipilih sebagai legeslatif dalam pemilu legeslatif yang akan dilaksanakan dalam waktu deket ni. si caleg ni (sebut jak cem tu), dengen penuh percaya diri, cerite tentang kerjaan e sebagai guru. bahkan die ngajar 2 mata pelajaran di 2 tempat yang berbeda. hebat. tros die juga cerite kalo sekarang aktif di parpol baru yang lulus verifikasi untuk ikut sebagai peserta pemilu.

disinilah si caleg mulai menjalankan tugas e sebagai orang yang haros nyari dukungan untuk pemilu legislatif. setelah berbagai macem pandangan die tentang partai e, die langsong ke pokok permasalahan.

"tolong pilih ku di pemilu nanti".

bukan seorang caleg kalo die dak bise mengubar janji untuk kompensasi bagi orang yang milih die. dengen santai die ngomong,
"kalo ikak pilih ku, nanti ikak lah yang seneng juga".

maksud dari perkataan tu, menurut die, seandai die jadi anggota legeslatif, maka die bise dijadikan "backing" untuk orang yang milih die. dalam artian, mungkin seandai e kite haros berurusan dengan pemerintah, kite bise dilancarken urusan e. kalo ade "tender", mungkin kite orang pertame yang akan dikasih tau die.
jadi maksud kate seneng tu, dapet diartiken demikian, karene kite ade "backing" anggota dewan.

akhir e saye nanya same caleg tsb.

"berape geh suare yang dibutuhken untuk seorang caleg bise duduk di kursi dewan?"

menurut saye tu pertanyaan yang sederhana dan pasti dengen lugas si caleg bise ngejawab e.

"dak tau ok, ku sih yang penting nyaleg", gitu jawaban e sambil nyengir.

gileee, seorang caleg dak tau haros punye target berape minimal massa yang haros diyakinken supaye ngasih suare ke die. klo lah kayak gini ni ape kite bise percaya same caleg tu. ape die pantes untuk jadi seorang caleg yang mengurus pembangunan daerah e. klo lah kayak gini ni, mungkin dak die tu hanye dijadiken "boneka" dari orang2 yang dak bise nyaleg tapi agik pingin nikmatin uang yang berseliweran. jadi justru orang yang dibelakan si caleg ni yang punya massa, trus suare massa e dikasih ke si caleg, tapi dengen kompensasi bahwa caleg tu haros "nyetor" ke si pemilik massa.

kalo lah kayak gini, akhir e yang ontong si pemilik massa tu juga. proyek dimane2. tender lancar. urusan jadi gampang. sementara orang yang berhasil di naikken ke anggota dewan tu hanye bise manggut-manggut jak, tapi dak tau cemane care e die bise duduk jadi anggota dewan.

Bagaimana tanggapan anda..??

(re-posting from milis mentok-bangka "caleg bangka barat")